Monday, 24 May 2021

AA

Saya melaluinya
Sebuah momen diantara hidup dan mati
Saya mendengar, namun tidak dapat berucap
Saya merasa, namun tidak bisa meraba
Seolah para cahaya terfokus penuh padaku yang terbaring sendirian
Masa yang paling kelam dan sangat sepi
Saya melaluinya
Melihat dengan jelas orang-orang yang dengan sepenuhnya menyayangi dan menghianati
Orang-orang yang melihatku dari balik layar maupun do'a yang tak pernah putus
Saya melihat
Orang-orang dari berbagai masa
Berbagai kenangan dan berbagai tempat singgah
Saya dipaksa berkemas
Seolah akan melanjutkan perjalanan yang sangat jauh
Saya dibekali, beberapa keping emas, setengah karung beras, pakaian yang menjuntai dengan warna perak, hijab dan
niqab, busur panah dan seekor kuda hitam
Di ambang pintu yang entah kemana
Saya disuguhi kendi yang berisikan air
Lalu kakiku merasakan bulu-bulu halus yang menggelinding dari balik pintu
Ternyata mereka kumpulan para kucing
Kucing-kucing yang pernah aku temui sebelumnya, kucing terakhirku yang sempat ku timang dan ku belai, Ami, bei, dan ona. Saling melompat riang di hadapanku
Saya merasakannya
Sentuhan hangat dari tangan yang sangat halus
Dia bercahaya, bersayap, dan sangat teduh
Aku melihat diriku yang lain pada senyum dan tawanya
Dia membimbingku untuk kembali ke ambang pintu
Di depan pintu aku terdiam
Aku melihat sosok yang lain
Yang membuat diriku bergetar, haru dan sedih
Dia yang terkasih
Dia terdiam
Dia menghalangiku, tanpa mengucapkan sepatah katapun
Dia menutup pintu itu dengan sangat keras
Dan aku pun bangkit dengan rindu yang masih menggelegar
Aku melaluinya
Masa kritis tanpa siapapun
Dengan demikian aku percaya, hari akhir itu ada
Dan aku bersaksi atas namaNya

Saturday, 3 April 2021

Puisi Kelana

Pada bait-bait puisi yang dilantunkan dalam setiap pertunjukan, ada beberapa penggalan kata yang senantiasa ditujukan untuk seorang teman atau orang-orang asing

Suatu hari di malam kamis, puisiku terhenti tanpa koma dan spasi, penuh tanda seru dan tiada tanda tanya. Pernyataan dengan tanda seru itu tentunya adalah suatu pernyataan yang menegaskan suatu hal

Sampai dalam empat tahun terakhir, ternyata puisiku benar-benar telah sirna, aku berhenti berpuisi ketika aku bertemu dengan seorang penyair usang. Bukan karena aku tidak mampu menggoreskan penaku untuk sebuah puisi, tetapi rasaku terbungkam dan menjerit-jerit dalam lembaran-lembaran perasaan yang dipendam dan dimanipulasi

Jiwaku terbungkam, hatiku gelap, dan ragaku kaku oleh sebuah puisi yang tak sempat ku sampaikan pada telinga-telinga manusia yang masih berfungsi dengan baik

Mataku seakan sengaja ku alihkan untuk tidak melihat hal-hal yang telah terjadi di sekitarku, aku tidak benar-benar peduli dengan banyak hal

Pada bait-bait puisi yang terkubur dalam diam dan sepinya pengasingan diri
Aku menggoreskan bolpoin dengan tintanya yang sekarat ini sebagai wujud lain dari ungkapan perasaan yang tidak sempat disampaikan

Puisiku adalah candu
Yang ku dapati dalam setiap perjalanan yang ku lalui. Tentang segala penindasan yang juga menindasku di perempatan jalan setapak menuju kampung halamanku

Iya tercipta dari goresan luka yang menghantamku tanpa tawar menawar dan perantara. Iya mengikutiku layaknya bayangan kelam yang menjelma menjadi "aku" dari sisi yang lain. Ya, puisiku adalah candu. Iya terus menerus tumbuh dan diperbaharui seiring dengan berjalannya waktu









Thursday, 4 February 2021

Laut Tenelen - Ibrahim Kadir


Kapal berangkat remang-remang senye
Jema si mujule sarek pepongoten
Kunehen

Atengku gelisah
Semangatku mungune
Tenironi rembege
Sana die ilen

Ate pekekit sesapu gelumang
Panang nge nenang laut tenelen
Kunehen

Jejik pe sesuk lauh remenang
Langit si ilang, redup i elopen
Emas
Atengku murelas

Taring ni emas, bunge serungke
Wan uren sire i pelabohen

Serine ni kapal
Lentayon serapah
Tali i luah sesara golongen
Kunehen

Tene mu rapat
Turah mupisah
Mutuker ramah
Deret pelabohen
Emas

Atengku murelas

Taring ni emas
Bunge serungke
Wan uren sire i pelabohen

Terjemahan:

Kapal akan berangkat, dalam remang-remang senja
Orang-orang yang mengantar menangis tersedu-sedu
Mau bagaimana

Hatiku gelisah
Semangatku bertanya-tanya
Permintaan badan
Apalagi yang dinanti

Hati cemas
Tersapu gelombang ombak
Pandangan tenang 
Melihat laut Tenelen
Mau bagaimana

Berjinjit melihat-lihat
Mata berkaca-kaca
Langit yang berwarna merah
Redup 

Emas
Hatiku patah
Tertinggalah emas
Bunga serungke
Dalam hujan sembari di pelabuhan

Serine kapal
Bersahutan
Tali dilepas 
Satu persatu gulungannya
Mau bagaimana

Tanda rapat (berkumpul) 
Harus berpisah
Bertukar ramah
Di luar pelabuhan

Emas
Hatiku patah

Tertinggalah emas
Bunga serungke
Dalam hujan sembari di pelabuhan

Note :
Syair ini memiliki makna yang sangat dalam, tentang seseorang yang akan pergi meninggalkan kampung halamannya.
Bagaimana sanak saudara menghantarkannya sampai ke pelabuhan dengan suasana yang sedih, menangis terisak-isak.

Memang setiap perpisahan adalah pendamping setiap pertemuan.
Walaupun terkadang berat untuk meninggalkan, tetapi harus dilakukan dengan ikhlas.

Setiap perjalanan harus terus berlanjut.

Pelabuhan adalah tempat pertemuan sekaligus perpisahan yang memiliki kesan tersendiri bagi setiap orang.



Sunday, 24 January 2021

Bach #1


Kata siapa kau merdeka ?
Merdeka seperti apa yang kau dambakan ?
Merdeka seperti apa yang kau harapkan ?

Apakah dengan phaladwija kau sebut itu merdeka, kanda ?
Apakah dengan beradu isi kepala dan saling membunuh untuk menciptakan damai adalah merdeka ?

Merdeka seperti apa ?
Apanya yang merdeka ?

Apa itu merdeka ?
Di mana kau bisa menemukannya ?
Berapa harga untuk sebuah kemerdekaan ?

Hahahah, sepertinya kita semua hanya engan untuk bangkit dari mimpi indah dan lupa akan realitas yang terjadi di luar sana.

Kanda,
Sekarang kau sedang apa ?
Memenuhi galeri ponselmu dengan orang-orang yang membanggakan kebodohannya di sosial media ?
Atau malah mempertonton kebodohanmu sendiri dalam pengurungan dan pemusnahan jati diri dalam masa pandemi ini ?


Thursday, 17 December 2020

Memang.

Malam kelam
Membuka lembar pepatah nenek moyangku 
Tentang langkah, rejeki, pertemuan, dan maut
Beliau memberi sebuah kode akses untuk mendapatkan informasi seputar diri kita sendiri
Yang katanya merdeka, bebas, dan terserah mau jadi apa nantinya

Aku mengakses kode rahasia itu
Hanya untuk menghabiskan waktuku yang terlampau luang
Ku akses juga nama-nama sebagian orang
Lalu ku kaitkan namaku dengan nama seseorang yang ku anggap berhasil menarik perhatianku beberapa waktu yang lalu

Namun sayang
Setiap hal dari apa yang kuakses memang sangat benar adanya
Murni, tidak salah, tepat dan pastinya menyadarkan aku akan banyak hal
Aku yang diharuskan untuk terus berlangkah, dan dia yang harus bertemu dengan maut

Lagi-lagi
Aku disadarkan oleh sang malam
"berhentilah membuat pikiranmu menari, tidurlah, sebentar lagi mentari akan terbit dan kau harus berjalan lagi menapaki jejak hidupmu yang tak tentu arah"

.....

Sssssttt !

Pulang hanyalah niat
Di jalanan banyak tertera kalimat gugat
Di depan orang-orang yang kau temui
Kau berusaha menyikapi setiap ucap
Setenang bumi

Namamu diperbincangkan seisi langit
Bibirmu selalu tersenyum, menutupi asam dan pahit kenyataan
Hatimu carut marut dan menggugat asa
"Dunia tidak adil, itulah sebab adanya hari pengadilan", bisikmu pada tolehan kiri, pertanda muaknya dirimu pada ocehan manusia yang ada di hadapanmu

Kitab demi kitab kau khatamkan
Tapi hatimu tetap saja tajam
Untuk memburu para pengkhianat
Dan mengadilinya dengan caramu

Tetap saja, itu tidak adil
Dalam lembaran manapun
Manusia tidak akan pernah berlaku adil
Tidak akan ada hukum yang berjalan sesuai dengan kemerdekaan pikir 
Maka dari itu
Biarlah hari adil menjalankan perannya
Kau, diam dan kembalilah tenang seperti bumi



Sunday, 15 November 2020

Gagak Putih

Alkisah,
Suatu ketika di Negeri Antar Umat, berkumpulah para mahluk Tuhan guna membahas perihal yang amat penting.
Saat itu para hewan dan tumbuhan hadir dengan berlapang dada, siap sedia mendengarkan ocehan si Raja Hutan yaitu Gajah.

Ada dua hewan yang tidak hadir saat itu, diantaranya adalah Harimau dan Gagak Putih. Mereka berdua menghilang tanpa kabar. Sang Gajah pun telah memerintahkan para burung untuk mencari kedua hewan ini ke seluruh penjuru hutan. Namun, mereka tetap saja tidak ditemukan.

Sang Raja berpikir, tidak biasanya Harimau berlaku demikian. Sesibuk apapun dia ketika mengejar mangsa, bila tiba perintah Raja dia akan selalu hadir dan terlibat.
Begitu juga dengan Gagak Putih, burung yang paling bijaksana diantara yang lainnya.

Mereka berdua menghilang, tanpa jejak. Padahal hari ini adalah hari pertemuan untuk membahas dan mengadili kasus pelanggaran Hak Asasi Hewan di dalam hutan. Di mana beberapa tumbuhan juga ikut serta dalam penghilangan jejak pelaku kebejatan ini.

Kasus ini tidak akan bisa dilanjutkan jika tidak ada Harimau, karena hanya Harimaulah yang menjadi saksi dalam kasus ini. Hal ini juga tidak akan berjalan tanpa adanya sang Gagak Putih yang merupakan tangan kanan sang Raja sekaligus hakim yang akan mengadili kasus tersebut.

Akhirnya sang Raja memerintahkan Ular untuk menelusuri dan mencari jejak Harimau dan Gagak Putih. Pertemuan tidak akan dimulai jika para kandidat tidak lengkap. Bagaimanapun juga Harimau dan Gagak Putih saat ini adalah BDP (Binatang Dalam Pencarian). Kabar ini pun sudah sampai ke seluruh penjuru Negeri.

Para hewan juga ikut membantu Ular dalam pencarian, sehingga saat itu terjadi pencarian besar-besaran di dalam hutan.

Ular dikenal dengan intuisinya yang kuat dan tajam. Dia menelusuri penjuru hutan dengan caranya sendiri. Di sepanjang perjalanan dia banyak menemukan tanda-tanda Gagak Putih, yaitu bulu-bulu yang rontok dan juga sisa makanan. Ular pun semakin yakin untuk menemukan Gagak Putih.

Setelah sekian lama mencari, akhirnya Ular menemukan Gagak Putih yang sedang sendirian di dalam Gua. Gua itu berada di balik air terjun yang sangat tinggi. Jauh dari keramaian dan tidak terdeteksi oleh suara dan juga aroma. Sehingga inilah sebabnya para hewan dan tumbuhan tidak bisa menemukannya.

Ular pun segera mendekati Gagak Putih. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Gagak Putih yang sudah berlumuran darah. Sang Gagak sudah tidak memiliki sayap. Sehingga dia tidak bisa terbang. Dia menangis sendirian di dalam Gua.

Ular : "Oh teman, apa yang terjadi denganmu?"
Gagak : (tampak terkejut) "Ular, bagaimana bisa kau menemukanku?"
Ular : "Oh ayolah, semua mahluk sedang mencarimu. Apa yang kau lakukan di sini ? Lihatlah dirimu, sangat menyedihkan sekaligus merepotkan"
Gagak : "Ceritanya sangat panjang dan aku tidak akan mengatakannya kepadamu"
Ular : "Oh angkuh sekali kau. Aku bisa saja memakanmu sekarang dan tidak akan ada yang mengetahui hal ini"

Beberapa saat terdengar suara Harimau yang sedang mangaum. Suaranya tampak jauh, ular pun langsung mengalihkan perhatiannya pada suara itu. Dengan segera Ular menelusuri suara itu.
Ular sangat terkejut melihat harimau yang sedang terjerat dan sekarat.

Ular : "Oh lihat siapa di sini. Seekor binatang buas yang tidak berdaya. Apakah Tuan membutuhkan bantuanku?"

Sang Harimau tampak tidak memperdulikan kehadiran Ular. Harimau sedang berusaha menyelamatkan dirinya dari jeratan maut itu. Tubuhnya telah dipenuhi luka dan darah, sangat tidak berdaya.

Dari kejauhan tampak sang Gagak Putih berlarian mendekati mereka;
Gagak : Pergi, jangan mendekati dia !
Ular : "Oh Ayolah, apa yang terjadi di sini?"
Gagak : "Harimau sudah kehilangan jati dirinya. Dia sendiri yang memasuki jeratan itu. Aku sendiri tidak bisa menghadiri pengadilan tanpa adanya saksi.
Dan tidak akan ada yang bisa diselesaikan jika suara masih terbungkam. Kau pergilah dan laporkan kejadian ini kepada Raja, aku akan menemani Harimau di sini. Kami juga butuh beberapa bantuan, segeralah"
Ular : "Baiklah tuan yang bijak, aku akan meninggalkan kalian di sini"

Ularpun meninggalkan mereka berdua di dalam Gua yang sangat terpencil itu.
Dan segera kembali menemui Raja. Namun di tengah perjalanannya Ular kembali mengumpulkan bulu-bulu Gagak yang rontok dan memberikan laporan palsu pada sang Raja;

Ular : "Tuanku, aku ingin menyampaikan kabar duka. Bahwa hari ini sang hakim telah binasa. Harimau telah memangsa Gagak Putih dan menghilangkan segala bukti pelanggaran Hak Asasi Hewan.
Sebagai bukti, aku telah membawa sisa bulu Gagak sebelum sang Harimau melarikan diri tadi. Oh betapa menyedihkannya. Betapa malangnya nasib Gagak Putih yang ingin menegakan keadilan"

Para hewan tampak terkejut dan sangat mempercayai sang Ular. Sebagian dari mereka sudah mencaci sang Harimau. Namun sang Raja tidak sepenuhnya mempercayai Ular. Beliau mempersilahkan Ular untuk menyelesaikan Argumennya.

Ular : "Ketika aku melihat mereka dari kejauhan sang Gagak tampak ketakutan, tidak lama kemudian Harimau langsung menerkam dan mengunyah sang Gagak hidup-hidup. Dan kemudian Harimau pergi dengan terburu-buru. Aku tidak bisa mengejarnya karena dia sangat cepat"

Raja : "Baiklah Ular, terimakasih atas laporanmu. Untuk itu, demi membuktikan kebenaran sang Ular aku perintahkan kepada seluruh Rakyatku untuk mencari sang Harimau dalam keadaan hidup. Kita perlu mendengarkan langsung ucapan dari mulutnya. Untuk itu, malam ini bagi siapapun yang bisa membawa Harimau ke hadapanku, aku akan memberikan setengah kekuasaanku terhadap hutan ini dan membagi beberapa daerah kekuasaan dengan masing-masing pemimpin wilayahnya"

Sang Ular yang haus akan kekuasaan mulai memikirkan hal licik. Dia segera kembali ke tempat harimau dan Gagak Putih. Namun sangat disayangkan ketika Ular tiba di dalam Gua, Harimau dan Gagak Putih sudah tidak ada. Hal ini membuatnya sedikit cemas dan segera mencari mereka.

Ternyata Harimau dan Gagak Putih ditemukan oleh tumbuhan, Air dan Angin. Alam bekerja sama untuk mengungkapkan kebaikan dan kejanggalan. Dengan segera Harimau dan Gagak Putih pun dihadirkan di hadapan Raja, namun masih dalam keadaan terluka.

Tanpa menunggu waktu yang lama Gagak Putih pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi;

"Saat itu aku menjemput Harimau untuk datang dalam pertemuan, namun Harimau tidak terlihat seperti biasanya. Tatapannya kosong, pikirannya hilang, dia seperti terhipnotis. Aku sudah berusaha menyadarkannya, tapi tidak ada jawaban sama sekali"

"Harimau pergi menelusuri hutan dan memasuki sebuah Gua di belakang Air terjun. Sesampainya di sana, aku melihat banyak sekali tulang belulang hewan. Sebagian sudah rapuh dan sebagiannya lagi seperti baru dan segar"

"Harimau berjalan menuju tempat paling ujung di sudut Gua, aku sudah melihat ada jebakan di sana. Dengan kekuatanku yang kecil aku tidak bisa menghentikan langkahnya. Dia berjalan dengan tidak sadarkan diri dan dia sendiri memasuki jeratan itu. Jebakan itu menutup mulutnya hingga terluka"

"Ketika aku berusaha membuka jeratan itu aku seperti dihisap oleh sesuatu yang sangat kuat. Aku berusaha melepaskan diri, sampai ke ujung Air Terjun. Aku tidak tahu apa yang menghisapku di belakang, sehingga sayapku patah dan aku tidak sempat melihat siapa yang menghisapku"

"Tidak lama kemudian, Ular datang.
Aku tidak tahu bagaimana dia dengan mudah bisa menemukan tempat ini.
Dan aku segera memintanya untuk melaporkan hal ini kepadamu. Ketika ular pergi meninggalkan kami, aku masih berusaha menelusuri tulang belulang itu. Dan aku menemukan sesuatu yang sangat mengerikan di dalam Gua"

"Di dalam Gua itu terkunci seekor Naga yang sangat besar. Aku mengintipnya dari celah bebatuan di sana, saat itu aku juga sempat melemparkan batu krikil pada Naga tersebut dan aku sangat terkejut ketika sang Naga menyebutkan nama sang Ular "Ular, apakah itu kau ? Aku sangat lapar".

"Aku terdiam dan kembali menemui sang Harimau yang masih terjerat. Tapi kali ini Harimau sudah mendapatkan kembali kesadarannya dan berusaha melepaskan diri. Tidak lama kemudian Angin datang bersahutan dan menyapa kami berdua, dengan segera kami pun diterbangkan oleh angin menuju hadapan tuanku"
                              ***
Tidak lama setelah itu, Ular pun datang dengan terengah-engah. Dan kembali membuat laporan palsu, dia mengatakan bahwa Harimau telah membunuh dirinya sendiri. Namun tanpa mematahkan perkataannya, Harimau dan Gagak Putih pun menampakkan dirinya di samping Raja dan tepat di hadapan sang Ular.

Saat itu juga para hewan tampak segera berkerumun menghadiri pengadilan hari itu. Dan itulah saat pengadilan terbesar kepada sang Ular dengan segala pertanggungjawaban atas pengakuannya selama ini.

Dalam hal ini juga, sembari mendengarkan ocehan Ular. Sang Raja segera menepati janjinya untuk membagi wilayah kekuasaannya, yaitu kepada Angin dan Air serta para tumbuhan sebagai kandidatnya.
Dengan demikian, alam akan tetap terjaga dan tidak akan lagi ada kecurangan. Karena hukum alam bekerja dengan sangat adil dan tidak luput dari pantauan Rajanya. 

Kasus pelanggaran Hak Asasi Hewan pun segera dituntaskan oleh sang Gagak Putih dengan sangat jelas dan beberapa bukti serta saksi yang masih hidup. Akhirnya dalam kasus ini Ular terbukti telah melakukan pelanggaran yang sangat merugikan kaum hewan dan saat itu juga Ular dijatuhi hukuman mati. Hakim memberikan peringatan keras kepada seluruh keturunan Ular di muka bumi ini untuk tidak melakukan hal yang keji lagi sebagai sesama mahluk hidup. Apabila hal ini terulang kembali maka seluruh mahluk akan siap bersatu memerangi dan memberantas kelicikan Ular di Negeri Antar Umat ini.






Renggali

AA

Saya melaluinya Sebuah momen diantara hidup dan mati Saya mendengar, namun tidak dapat berucap Saya merasa, namun tidak bisa mer...