Sunday 1 December 2019

BAGAIMANA MUNGKIN SEBUAH TARIAN TRADISIONAL DIPERLOMBAKAN?


YOGYAKARTA : Beberapa waktu yang lalu saya melihat banyaknya poster yang tersebar di media sosial,  di dalam poster itu tertera sebuah festival yang akan berlansung pada tanggal 22-24 November 2019 di Umah pitu Ruang Bale atu,  kab Bener Meriah,  Aceh.
Adapun yang mencuri fokus saya adalah tentang nama dari festival ini,  yakni Festival Guel, setelah merenung beberapa saat,  timbulah banyak pertanyaan di kepala saya tentang nama kegiatan ini. 
Festival Guel,  sangat menarik namun apakah hal ini sudah benar? 

Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di institut seni Indonesia Yogyakarta, dan saya dalam masa penelitian yang mengangkat tentang Guel,  sejauh yang saya ketahui melalui beberapa sumber tertulis dan juga hasil wawancara dengan seniman lokal Gayo Tari Guel adalah sebuah tarian tradisional yang ditarikan oleh 2 orang penari pria,  menurut pandangan masyarakat adat Gayo yang hidup sekitar abad 16 tari Guel ini hadir sebagai sarana ritual,  posesi adat,  dan dapat di katakan bukan kegiatan sembarangan. 

Seiring perkembangan zaman dan waktu tari guel masih selalu hadir dalam acara-acara adat tertentu dan baru disajikan dalam bentuk koreografi kelompok pada tahun 1972 yaitu pada acara Pekan Kebudayaan Aceh ke 2.
Namun dalam hal ini tari Guel tetaplah salah satu jenis tari tradisional, tari Guel memiliki 4 babakan wajib yang berkaitan langsung dengan sejarah tari, tarian ini masuk dalam kategori Improvisation dance history, sebuah seni improvisasi yang memiliki kisah. 

Jadi,  jika ada festival Tari Guel, menurut saya itu adalah hal yang keliru.
Menurut pendapat para ahli di dunia seni pertunjukan, pengertian tari tradisional adalah setiap gerakan tari yang telah baku dan diatur oleh aturan-aturan budaya atau pun tradisi tertentu. Seluruh gerakan tari tradisional telah diatur dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tari tradisional biasanya merupakan tari-tari tua yang bertumpu pada nilai-nilai budaya atau pun tradisi yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat atau pun bangsa tertentu.

Jika tari Guel diperlombakan,  bagaimanakah sistem penilaiannya? 
Apa yg akan dinilai dari tari-tarian yg telah diwariskan dari generasi ke generasi? 

Kewajiban kita adalah menjaga  melestarikan, dan mengembangkan, bukan hanya membuat "Laga" yg akan menimbulkan pro dan kontra.

Dalam satu sisi acara ini memang sangat bermanfaat untuk ajang pentas seni yang berguna untuk menjalin silaturahmi,  mempromosikan daerah,  melestarikan budaya setempat,  tapi jika kesenian kesenian lokal secara garis besar masih masuk dalam kategori TRADISIONAL, hal ini tentu menjadi sangat ambigu, Dan menimbulkan kesan rancu untuk dipertandingkan. 

Saran saya, setiap orang boleh saja membuat acara tapi dengan sangat mempertimbangkan nama Acara,  jangan sampai membingungkan dan hanya menghabiskan dana saja,  buatlah acara Yang bermanfaat,  bermakna,  berkesan dan yg pasti mendidik para generasi untuk lebih mengenal budayanya,  bukan hanya memberi Citra buruk untuk generasi muda Gayo, dalam hal ini untuk beberapa waktu ke depan selepas acara ini berlangsung akan timbul Dan bermunculan generasi-geberasi Gayo yang sebenarnya memiliki potensi untuk berkarya dan juga menjaga budayanya menjadi engan atau ragu untuk mempresentasikan atau melestarikan kesenian lokal, mengapa demikian ? Karena mereka akan takut salah,  takut kalah,  dan masih banyak ketakutan-ketakutan lainnya. 

Dalam keterangan para seniman lokal menyebutkan babakan-babakan yg ada di dalamnya adalah redep,  munatap,  ketibung, dan cincang nangka,  masih perlu penelitian dan perhatian khusus untuk mengkuak makna dan arti khusus gerakan-gerakan dari tari Guel ini,  karena dari setiap orang akan berbeda dalam menyajikan babakannya,  apalagi setiap sanggar seni,  bahkan banyak gerakan-gerakan yg nantinya belum pernah kita saksikan pada umumnya, hal-hal seperti ini akan menimbulkan kesan sebagai tari kreasi baru walaupun hal itu lebih baik dari pada melombakan tari tradisional. 

Guel adalah aset budaya tak benda masyarakat Gayo, Guel memiliki kisah khusus yang menceritakan peristiwa penghianatan di ruang lingkup kerajaan gayo, yaitu kerajaan Linge, cerita ini diangkat berdasarkan legenda gajah putih, jelmaan putra Raja linge XII yaitu Sengeda dan Bener Meriah, Sejauh ini juga masyarakat Gayo mengetahui bahwa Guel adalah Salah satu dari Acara Ritual  tertentu di Gayo,  dalam hal ini akan lebih bermanfaat jika fasilitas yang ada dikerahkan saja untuk membuat seminar atau penelitian khusus terhadap tari Guel itu sendiri. 

Mungkin di mata masyarakat yg hanya sekedar tahu bentuk dari tari Guel hal ini adalah event yg sangat keren, spektakuler, dan membanggakan, namun bagaimana dengan orang-orang yg sudah mendalami Guel ? Sebagai pengamat, penggiat,maupun peneliti ? Apa tidak ada nilai sama sekali ? Secara tidak langsung dengan mengadakan festival Guel penyelenggara acara perlahan akan merubah Citra dan fungsi pertunjukan Guel yg sesungguhnya. 

Jika ingin mengangkat sisi dari Gayo dalam panggung pertunjukan, sangat banyak ragamnya,  boleh saja membuat acara yang masih berkaitan atau bernuansa dengan Guel tetapi tidak menggunakan nama Guel,  buat saja festival tari Kreasi,  atau Festival Tari dengan tema "spirit of Guel", atau ide-ide yg lain yg lebih kreatif dan menjanjikan. 

Nah sekarang ketika nasi sudah menjadi bubur bagaimana hasil akhir dari Festival tari Guel ini? 

Dalam laporan dari teman-teman sanggar yang berada di Gayo pemenang dari lomba Guel ini adalah sebuah Grub sanggar seni yang bahkan tidak membawa tari Guel yang sebagaimana diketahui oleh masyarakat umum maupun peneliti tari,  

Guel yang menjadi juara dalam perlombaan ini adalah Guel Kreasi yang menghadirkan penari perempuan di dalamnya. Sejauh yang diketahui oleh masyarakat tarian yang memakai penari perempuan ini bukanlah tari Guel, masyarakat menyebutnya tari Munalo sebuah tarian penyambutan di acara perkawinan.

Nah dalam hal ini timbul banyak sekali masalah dan pertanyaan seperti:
Kenapa dia bisa menang? 
Bagaimana bisa dia menang? 
Jadi sebenarnya apa tujua dari diselenggarakannya acara ini jika hanya mengubah dan merusak Citra dari tari Guel itu sendiri,  hal ini tentu sangat berdampak untuk para generasi ke depannya,  suatu hari jika orang bertanya tentang tari Guel pasti yang mereka tunjukan adalah tari Munalo yang pernah menang dalam ajang perlombaan Tari Guel itu,  sangat di sayangkan,  entah itu panitia penyelenggara maupun pemerintah yang mendukung, merekalah yang merusak Citra dari Tari Guel yang selama ini kita jaga dan lestarikan keberadaannya. 

Mari kita renungkan dan perlahan kita bangkit melawan kejanggalan-kejanggalan Event setiap tahunnya, kita perbaiki, kita benahi, dan jangan kita ulangi kesalahan-kesalahannya.
Semoga hal ini tidak menjadi doktrin generasi setempat tentang sudut pandang tari Guel yang telah berubah hanya karena event yang dibuat tanpa berpikir panjang oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. 

Yogyakarta 1 Desember 2019
(Gustira Monita) 
Mahasiswa seni pertunjukan ISI Yogyakarta.

Sunday 2 June 2019

Tuah

Ipak ku si meutuah,

Wan kucak ko ku tetimang,

Ari soboh sawah ku petang,

I denia enti ko bimang,

Buge terkenang ama urum ine.


Wo tangke nate,

Besilo murip te rere,

Enti bimang i lah ni dene,

Mersek ni rembege,

Kusi de i sere,

Sabe murelas i was ni ate.


Ipak ku si meutuah,

Gelah serapah enti berulah,

Gelah sepapah karna ni marwah,

Enti i erah temas ni jema.


Ike remalan gelah bertona

Nti mucelaka munengon ku kodok

Mujadi atu kene muyang datu

Oya kekeberen relem maknae


Setiep langkah nti lupen doa

Kati musampe segala rencana

Iyo ku iyo wan suka cita

Buge gaeb ari mara bahaya



(Gadisku yang berkah,

Waktu kecil kau ku timang

Dari pagi sampai ke petang

Di dunia jangan kau bimbang

Semoga terkenang bapak dan ibu


Wahai cintaku

Sekarang hidup kita susah

Jangan bimbang di tengah jalan

Gagahnya badan

Kemana disenderkan

Sebagian hancur di dalam hati


Gadisku, gadis yang berkah

Yang baik jangan membuat ulah 

Yang baik untuk menjaga marwah

Jangan dilihat senangnya orang.


Kalau berjalan perhatikan langkah

Jangan sampai celaka melihat ke belakang

Akan menjadi batu kata nenek moyang

Mitos-mitos itu dalam maknanya.


Setiap langkah jangan lupa doa

Biar tercapai segala rencana

Sore ke sore selalu dalam suka cita

Semoga dijauhkan dari mara bahaya)


YK 3 Juni 2019

-G

Wednesday 23 January 2019

Rime Raya


Hembus angin bersiasat kisah
Di bawah jingga bercengkerama
Senja ini di rime Gayo
Duduk bertimpuh menguak asa

Desau angin memeluk raga
Menusuk jiwa menuntut fakta
Dingin membrutal hingga memaksa
Paksaan untuk terus bercerita

Hampir saja dunia menghitam
Gelap tenggelam diilahap penjarah
Gejolak dentuman menjadi hening
Kicau burung pun semakin samar

Emun berangkat memberontak ria
Menyampaikan kabar ke ujung dunia
Di depan tungku kita bercerita
Ini sejarah bukan legenda

Satu titik cahaya yang mengoyak gelap

Mencabik-cabikmemberi kabar

Suara sayup dari belantara
"Di sini Gayo kami masih ADA"



Yogyakarta, 23 Januari 2019.

Renggali

AA

Saya melaluinya Sebuah momen diantara hidup dan mati Saya mendengar, namun tidak dapat berucap Saya merasa, namun tidak bisa mer...