Wednesday 1 June 2016

Langkah Awal Burni Telong Etnic


Kembali lagi bersama saya salah satu personil dari Burni Telong Etnic di bawah naungan sanggar mayang serungke, saya akan bercerita sesuai dengan apa yang saya lihat dan rasakan dalam perjalanan kali ini.
Gayo, itulah seharusnya nama tempat asal kami, banyak sekali cerita dalam sebuah nama yang belum sangat terkenal ini, sebuah nama dengan beragam sejarah dan suka duka kehidupan, Yang telah tertera di dalam nya.

Berawal dari selesai nya tugas menuntut ilmu di universitas ternama di Aceh, mereka kembali dari perantauan ke tanah gayo tercinta dengan gelar sarjana masing-masing, ini lah awal mula bangkit nya sangar seni yang dulu sempat nonaktif dan terbentuk lah band etnis yang bernama Burni Telong Etnic.

Perjalanan pun di mulai.
Saat itu adalah acara ulang tahun kabupaten kami, yakni Kab. Bener Meriah, dan segenap pemuda tanoh gayo pun mengadakan perlombaan musik etnis se kabupaten, pengumuman dilakukan sebulan sebelum hari H,  saat itu juga ketua sanggar yang saat ini adalah abang saya sendiri yang bergelar S pd merekrut para pemusik yang memang sudah memegang profesi masing-masing,  dan kebetulan mereka berada di daerah terjangkau (masih satu kalangan wilayah tempat tinggal)

Dan terkumpulah beberapa orang personil Yang baru terbentuk, berikut saya lampirkan nama mereka sebagai kenangan Yang akan selalu tersimpan dalam memori setiap individu :

1. Abbas (Basri Aurora) Bass
2. Wien ijal (Yusrijal) Guitar,  percussi,  suling
3. Jack (zidni Alfirdausi) Percussi, serune, suling
4. Izal (Fazli risma izal) Violin
5. Tony (Toni Rahmat) Bass,  drum
6. Budi ( Budi harianto) Etnuc,  percussi
7. Miko (Konadi iwanara) Etnic,  Vokal
8. Wandi (Juandi rizki ilhami) dance,  percussi,  etnic
9. Darma,  percussi
10. Kngi (Yani simahate bengi) keyboard,  backing vokal
11. Nita (Gustira Monita) etnic violin
12. Iswan (iswan Aramiko) percussi

Nah itulah personil pertama Burning Telong Etnik
Saat itu kami membawakan lagu wajib Yang berjudul Urang ku dari Saba Group Yang telah di aransment ulang,  Dan lagu kedua yakni berjudul Bener Meriah di ambil dari sebuah lagu tarian pada tari bines samar kilang yang juga telah di aransmen ulang.

Lanjut..

Sangat banyak perjuangan dan waktu yang telah kami habiskan untuk mengikuti acara tersebut,  selama latihan rumah saya adalah tempat latihan yang sangat sederhana,  di sini kami memulai ide-ide kreatif dengan suka maupun duka.  Oleh karena keakraban kami yang semakin dekat,  rasa kekeluargaan pun timbul seiring berjalan nya hari,  ya.  Kami adalah keluarga yang terbentuk dari makan bersama satu periuk, berbagi satu cerek kopi,  dan satu bungkus gorengan setiap harinya.

Tibalah Hari di mana kami akan tampil sebagai pemenang di tingkat Kabupaten Bener Meriah,  Dan ya,  begitulah seperti yang saya katakan,  kami tampil sebagai juara ke 2, walau sebenarnya masyarakat menilai bahwa sanya seharusnya kami berhak mendapatkan juara satu,  but whatever.  Kami tidak begitu memperdulikannya,  karena kami tampil tidak untuk mencari juara,  sebab kita semua adalah sang juara.
Dalam  penampilan juga kami sudah berusaha menampilkan yang terbaik,  namun ternyata di antara yang baik masih ada yang lebih baik,  seperti yang mendapatkan juara 1 oleh Penawar etnik,  memang cukup Bagus,  dari penampilan,  permainan dewan juri,  atau apalah itu.

Setelah acara selesai,  kami teringat akan sebuah kalimat yang terucap sebelum penampilan,  kira-kira berbunyi seperti ini :
"Ike mayo kite wan 5 besar kase kite turah beluh ku kubur ni reje linge i linge"
(Jika kita memasuki 5 besar kejuaraan,  kita harus pergi berziarah ke kuburan Reje Linge) 
Itulah janji kami,  tanpa ada unsur apa pun,  hanya sekedar berziarah dan merayakan kemenangan untuk menjalin lebih erat lagi rasa kebersamaan kami.
Dan akhirnya kami pergi ke tempat tersebut dengan mengendarai 1 buah mobil panter dan kijang terbuka,  bemodalkan uang yang kami dapat dari perlombaan .

Hari pun berlalu,  Perlahan tanpa kabar dan program.
Kami berjanji untuk berkumpul setiap hari jum'at dalam seminggu, namun karena keadaan,  tidak selalu anggota lengkap, saat itu sudah tercium banyak event yang akan kami ikuti seperti sabang fair misal nya.

Saat itu awal Bulan april,  mendadak ada kabar kunjungan kepresidenan pada akhir Bulan  ,saya selaku duta wisata, mencoba merekomendasikan sanggar seni ini untuk berpartisipasi dalam acara besar tersebut, dengan alasan untuk apa mencari personil dari daerah lain sedangkan Putra Putri daerah juga berbakat,  banyak hal yang terjadi dalam hal ini,  sampai kami di remehkan dalam Sebagian kalangan,  di pandang sebelah mata,  pecundang,  dan masih banyak kata yang menjengkelkan di lempar ke wajah kami,  oleh orang-orang itu.
Kejadian berlalu..

Selanjutnya,  kami jalani hari kami seperti biasa,  berkumpul setiap hari jum'at,  namun jum'at kali ini membara
Burni telong mendatangi secret,  dengan mood yang beragam
Perlahan permasalahan di mulai.
Salah seorang personil kami menyarankan program kita agar tidak vakum,  dan menginginkan jawaban atas kesungguhan dari setiap anggota,  agar program berjalan lancar.
Dan salah satu personil kami keluar,  dengan alasan ingin berdiri sendiri,  oke kami biarkan dia keluar,  sebelum nya juga kami memberi beberapa pilihan,  dia tetap bersikeras untuk keluar.

Hari pun berlalu dengan program kami yang baru yaitu,  membuat lagu. 

Ketika dalam pertengahan pembuatan lagu,  kami telah mendengar kabar perlombaan Sabang fair.    2016, sesingkat itu tujuan kami semua menjadi satu yaitu merebut kemenangan di Sabang fair dan membuktikan kepada mereka yang menganggap kami pecundang bahwa kami memang mampu dan berkualitas,  tidak seperti yang mereka pandang.

Banyak kisah tragis di balik perjalanan kami menuju Sabang dalam waktu 1 Bulan,  ya beginilah kira-kira cuplikan cerita yang akan kami baca kembali suatu saat sebagai kenangan bagi group ini,  Burni Telong Etnik

Sebelumnya,  kami telah mendapat personil baru,  yakni :
13.Eed ( Edy syahputra) guitarist 
14. Cink (Satria murahdika)drumer
15. Jeny (Jeny Janega)vokalis

bang eed sebagai guitaris, cink sebagai drumer, dan jeny sebagai vokalis. Mereka adalah 1 band sebelumnya, dengan bakat yang sangat menakjubkan, Salut untuk mereka. Tapi, sekarang mereka bagian dari Burni Telong. Sebelumnya mereka adalah personil Penawar etnik yang tidak tetap, mereka selalu bermain bebas atau sering di sebut the independence crew(granica), mereka memutuskan bergabung bersama kami setelah ketua dan personil burni telong sendiri mengajak mereka bergabung, dan berhasil.

Dan ini adalah minggu pertama kami latihan,  di awali dengan rasa semangat yang membara, jenuh akan keadaan,  konflik ringan yang terjadi antar kami pun kerap semakin menjadi,  namun kami dapat mengatasinya dengan cara kami sendiri, yakni menanyakan secara personal dan forum, dan masalah segera selesai

Musik garapan selesai,  ini adalah minggu terakhir kami latihan dan mulai mencari dana untuk biaya ke Sabang,  kami mendatangi banyak sponsor seperti pedagang,  pemerintahan setempat,  dewan pimpinan,  dan masih banyak lagi dan hanya beberapa yang mampu mensponsori kami, seperti pemberian dana minim dari pemerintah setempat, karena kami bermain atas nama umum kami pun seperti di "anak tirikan" karena ada peserta lain dari daerah kami yang juga bermain di sabang dan di biayai penuh oleh pemerintah, oke cukup.

Selanjutnya ada bapak Mariyanto yang menyumbangkan dana, dan masih banyak lagi yang membantu, terutama keluarga kami personal sendiri pun, seperti bik edah yang telah mengantar kami dengan mobil pribadinya hingga pelabuhan sabang, dan juga ine yang telah antusias menyumbangkan mobil panternya untuk menemani perjalanan kami hingga ke sabang, terimkasih dan Alhamdulillah.

Perjuangan ini sangat berarti bagi kami sendiri, melihat banyak sekali orang yang bermuka dua di luar sana yang ingin menjatuhkan kami, namun karena kami Burni Telong Etnik kami tetap berdiri kokoh tegak seperti gunung yang indah di pandang orang (Burni telong adalah nama gunung api aktif yang ada di daerah kami)

Tibalah kami di Banda Aceh pukul 3 pagi, kami tidak langsung menyebrang hari ini karena ada suatu halangan,  namun kami memutuskan untuk gladi bersih sekali di salah satu studio di sana,  banyak ternyata yang mendengar kami dari luar,  kami pun mendapat pujian yang membangkitkan lagi semangat kami semakin menggebu. 

Keesokan harinya,  kami langsung ke pelabuhan,  ternyata banyak sekali peserta Sabang fair yang telah mengantri untuk beberapa hari,  karena ini acara besar mereka harus bersabar karena hanya ada satu kapal pusat yang beroperasi berhubung karena ada badai dan cuaca buruk

Aliansi kami adalah sanggar seurayeung nangroe dari kabupaten Bireun,  mereka punya cerita sama Seperti kami,  perjuangan dan di anak tirikan
Dan juga mereka membawa tema cerita Gayo,  ya tempat asal kami.
Sedangkan kami membawa cerita perjalanan reje Linge Adi genali di Gayo

Setibanya di Sabang,  kami langsung menuju rumah rekan dari bang eed,  yang merupakan abang angkatnya di sana,  beliau terkenal akan ketua preman di Sabang, kami di sambut dengan ramah dan harmonis karena sebelum nya,  bang eed telah menceritakan perjuangan kami.
Hari pun berlalu,  undian penampilan kami adalah 16,peserta terakhir dan penutupan.
Kami menghabiskan 4 hari terakhir kami di rumah bang regaes , dengan nyaman dan aman, rumah yang sederhana tapi cukup untuk menampung kami semua.
Kami membawa sayur mayur, beras, dan lainnya agar tidak terlalu merepotkan keluarga bang reges karena kebutuhan pokok di sabang sangat mahal.
Sangat nyaman dan kami sangat berterimakasih,  semangat bang reges dan keluarga nya,  sama dengan semangat kami,  beliau adalah orang tua angkat kami sekarang

Kami sempat melihat-lihat lokasi Sabang fair,  namun kami terkena badai saat berada di kontingen kopi Bener Meriah,  badai yang membuat hancur banyak stand dan juga membuat saya kesetrum karena mempertahankan tenda yang hampir terbang,  ya ada wayer listrik di sana,  dalam keadaan basah.

Esok adalah hari penampilan kami, Malam ini kami berkumpul,  karena setiap individu merasa ada kejenuhan dan beban dalam benak masing-masing.
Kami adakan forum malam itu,  ya forum yang sangat luar biasa
Setiap kami menceritakan keluhan masing-masing dengan terbuka,  dengan secerek kopi yang melambangkan kekeluargaan kami.
Hanyut dalam kenyamanan keluarga sampai larut malam. Dan kami pun semakin belajar menghargai sesama kami,  tanpa mendengar lagi apa omongan orang di luar sana.
Kami keluarga..

25 Mei 2016 setelah Ashar,  adalah hari tempur kami
Kami datang lebih awal untuk check sound,  bahkan sebelum panitia bangun.
Karena semangat kami,  kami di izinkan untuk check sound kedua,  karena ada lagi yang lebih cepat dari kami hadir di sana,  ketika check sound kami di banjiri banyak pujian,  namun kami tidak menanggapi dengan  serius karena pertempuran belum di mulai

Setelah itu kami kembali ke kediaman bang reges untuk berhias, dan kembali lagi ke area Sabang fair dalam keadaan siap tampil. 

Tibalah giliran kami untuk tampil,  dengan ucapan bismillah kami pun memulai penampilan dengan semaksimal mungkin,  penghayatan kami adalah membayangkan bagaimana perjuangan kami hingga sampai pada panggung yang cukup membuat kami bersemangat. 

Penampilan pun usai. diiringi oleh hembusan angin yang membisu.  Namun tidak lama dari situ dewan juri langsung mengumumkan pemenang cabang musik garapan . Kami semua langsung mendekat ke depan panggung untuk mendengar hasil dengan teliti.  Juara 2 berhasil di raih oleh aliansi kami yakni seurayeung nangroe,  bireun.  Kami sempat terdiam untuk mendengar hasil pemenang terakhir. 

Dan kami

Berhasil mendapat juara pertama

Juara 1 festival musik kolaborasi aceh di raih oleh Burni Telong Etnik

Bergeming suara isak tangis bahagia sang juara,  dari setiap individu kami,  teriakan kepuasan,  dan air mata bahagia mengiringi kemenangan pertama ini. 

Perlu diketahui setiap dari kami belum pernah mengikuti acara Sabang fair sebelumnya,  bahkan ada beberapa yang baru pertama kali mengunjungi Sabang. 

Kejayaan yang luar biasa ketika pecundang menjadi pemenang,  ketika dendam di balas dengan suatu kesuksesan , dan masih banyak kata yang tak sanggup di lontarkan. 

Acara pun berlalu,  kami habiskan waktu kami sejenak mengelilingi kota Sabang sebelum akhirnya kami terbagi 2 kelompok pulang

Kelompok pertama ialah mereka yang sedang mengikuti ujian kenaikan kelas,  dan juga saya yang akan mengikuti ujian perguruan tinggi,  kami kembali lebih awal,  dan kelompok kedua tetap tinggal di Sabang karena mobil belum bisa menyebrang,  

10 hari berlalu, mereka masih di Sabang. 

Terdampar di balohan Sabang,  dengan Puncak kejenuhan yang tinggi. 

Salut untuk mereka yang Setia kawan,  rasa persahabatan yang merangkul sebagai keluarga besar Burni Telong Etnic

Akhirnya mereka semua kembali ke kampung halaman dengan selamat,  dan dengan cerita kemenangan yang hampir basi. 

Entah apa yang menunggu kami setelah ini,  karna ini hanyalah setitik langkah awal kami untuk bersaing lebih keras lagi. 

Semoga Burni telong etnic go international,  dan kekeluargaan,  kreatifitas,  serta Cinta budaya kami tetap terjaga sampai pada generasi selanjutnya,  amin

Teruntuk yang tercinta,  keluarga besar Burni Telong Etnik. 

July,  2016

Lihat penampilan kami di youtube : 

https://youtu.be/Yakls0a2f5g

Dan ikuti kegiatan kami di instagram :

https://www.instagram.com/burnitelongetnik

Atau,  @burnitelongetnik

Terimakasih, 

No comments:

Post a Comment

Renggali

AA

Saya melaluinya Sebuah momen diantara hidup dan mati Saya mendengar, namun tidak dapat berucap Saya merasa, namun tidak bisa mer...