Tuesday, 20 November 2018

Ayah

Ayah,
Begitulah aku memanggilnya
Berlari sembari menebarkan senyum dan tawa ceria menuju pelukan ayah
Terasa hangat dan kekar sekali tubuh ayahku ini
Aman dan tentram ketika berada di pelukan ayah
Canda dan tawa selalu aku lakukan bersama ayah, tak ingin aku melihat wajahnya mengerut maupun cemberut
Gurauan dan rasa kasih sayang yang tulus dari seorang laki-laki yang tak akan pernah menyakitiku, hanya aku temukan pada ayahku saja
Amarah dan nasihat bijak yang langsung tertuju padaku hanya aku dapatkan dari ayah
Peluh yang membasahi sekujur tubuh untuk bekerja banting tulang di tengah teriknya matahari ayah lakukan demi aku putri yang ia janjikan dan dia dambakan kesuksesanku
Ayah
Aku tidak di sana ketika kau berjabat
Aku tidak di sana ketika kau berjaya
Aku tidak di sana ketika dalam permasalahan besarmu
Aku tidak di sana ketika kau menutup masa lalu
Aku tidak di sana ketika kau terdiam
Aku tidak di sana ketika kau menangis
Aku tidak di sana ketika kau mengeluh
Aku tidak di sana ketika kau jatuh
Aku tidak di sana ketika dunia hancur berkeping
Karena aku baru saja membuka mata  etika kau mengumandangkan adzan di telinga ini
Kau ada di sini ketika aku menangis
kau ada di sini ketika aku hampir mati karena sakit
Kau ada di sini ketika aku bimbang
Kau menuntunku untuk berpikir maju
Kau mengarahkanku pada masa depan yang cerah sekalipun kau selalu merasa gagal sebagai seorang ayah, aku tau itu ayah !
Tapi kau di sini menyembunyikan lukamu
Kau ada disini meredamkan lara dan emosimu
Kau ada di sini membangkitkan kembali semangat hidupku
Kau tetaplah ayahku seorang
Bagiku, masa lalu itu tidak berdampak apapun padaku karena aku baru saja melihat dan memulai peran hidupku sebagai putrimu
Aku sangat menikmati peran ini dan merasa tidak akan ada si putri lain yang akan merebut posisiku
Meskipun begitu ayah
Berada jauh darimu menyadarkan aku tentang arti seorang ayah
Penyesalanku teramat mendalam ketika aku tak mendengarkan perintahmu
Ketika aku mengacuhkan kemauanmu
Ketika aku menyepelekan rencanamu
Ketika aku tak melihat keringatmu
ketika aku terlalu sibuk dengan duniaku
Ketika aku menggores luka di hatimu
Dan yang paling ku sesali ketika tangisan haru banggamu berubah menjadi tangisan kekecewaan seorang ayah yang merindukan kasih sayang dan kepercayaan anaknya
Betapa kecewanya wajahmu ayah
Betapa berharganya air mata yang keluar karena kesalahanku dalam berucap
Menusuk jantung hatimu yang sangat tulus mencintai anak-anaknya
Betapa menyedihkannya aku ketika ucapanku menjadi senjata untuk melumpuhkan kekuatanmu ayah
Aku merasa seperti anak yang tidak berguna
Tidak tahu terimakasih
Tidak tahu diri
Air matamu adalah alasan terbesarku untuk meninggalkan rumah, bukan karena aku tidak menyayangi ayahku, tapi aku takut akan banyak kata-kata kotor yang akan ku ucapkan lagi dan air mata emas yang jatuh ke bumi
Ayah,
Bolehkah aku menaikan derajatmu sebagai putri kecil yang selalu menjaga kehormatannya ?
Akankah putri kecil ini yang akan membukakan pintu surga untukmu ?
Bolehkah aku mengukir senyum bangga di bibirmu dengan berbagai juangku ?
Bolehkah aku memelukmu lagi, ayah ?
Hanya satu pintaku ayah
Lihatlah kesuksesanku
Perlihatkan padaku senyum bangga yang kau tebarkan sebagai semangat hidupku
Biarkan kau selalu menjadi alasanan dan kekuatan hidupku
Karena aku sangat menyayangimu.
Ayah.

Yogyakarta,
For my great King, Ama.

No comments:

Post a Comment

Renggali

AA

Saya melaluinya Sebuah momen diantara hidup dan mati Saya mendengar, namun tidak dapat berucap Saya merasa, namun tidak bisa mer...